Tuesday, May 27, 2014

Resep MPASI : Kentang-Tahu-Dori

Hari ini, menu makan siang ade mirip kayak kemarin. Masih ada stok kentang, zucchini, ikan dori dan tahu sutera di kulkas. Tapi supaya nggak bosan, tambahin brokoli aja.

Berikut resepnya :
Kentang, kupas, kukus
Zucchini, kupas, kukus
brokoli, potong kuntum kecil, rendam air garam, cuci, kukus
Tahu sutera
Ikan dori fillet
bawang putih cincang, bawang bombay, daun bawang (sedikit saja, untuk aroma gurih)
kaldu ayam

Cara membuat :
Puree kentang : blender kentang, zucchini dan brokoli secukupnya dalam food processor.
Tim tahu-dori : taruh irisan ikan dalam mangkuk alumunium, taburi bawang-bawangan, taruh potongan tahu. Kukus hingga ikan matang.

Sajikan dalam mangkuk terpisah : puree, tim ikan, kaldu hangat. Ketika akan disuapkan ke bayi, hancurkan ikan+tahu dengan sendok. Komposisi pure/tim/kaldu sesuaikan dengan kesukaan dan kemampuan bayi.

Selamat mencoba!


Monday, May 26, 2014

Catatan MPASI Hadyan

Ade Hadyan udah 7 bulan sekarang. Udah lama banget pengen bikin catatan tentang perkembangannya, tapi tiap mengurus dan main bersamanya, I often get overwhelmed.
Sejak usia 4 bulanan, ade sih udah 'gatel' kayaknya pengen ikutan makan, tiap kali melihat kami makan. Fase oralnya udah lama dimulai, semua muaaa maunya masuk mulut. Tapi, saya memegang prinsip MPASI 6 bulan, jadi ya bertahan aja sedikiiit lagi.

Menjelang 6 bulan, udah sering tuh ngumpulin ilmu, baca grup sana-sini, browsing menu-menu MPASI, metode-metode dan panduan ala WHO, FC, sampai BLW. Beberapa buku tentang MPASI juga udah dibeli.

Jadi udah siap, dong?
Ternyata mentah semuaa, sodara-sodara...!
Terlalu banyak informasi yang terkumpul malah bikin panik, bingung, mana dulu nih yang perlu dipraktekin?
Ujung-ujungnya, pake insting juga, hahaha..

Minggu pertama, masih icip-icip dan coba-coba cara makan dan minum via training cup. Menu? Pisang, pepaya, standar lah... Sampe tercetus, ini mau ngasih makan anak apa burung sih? #Eehh..
Info yang saya dapat, bayi sebaiknya mencoba satu menu tunggal selama 3-4 hari, untuk mengetahui reaksi alergi dan pencernaan bayi terhadap satu jenis makanan. Nah, ini salah satu ilmu yang nggak bisa diterapkan ke ade hadyan. Dia mudah bosan terhadap satu jenis makanan. Jika dia tidak suka sesuatu, dia juga langsung menunjukkannya dan menolak keras. Masa mau dipaksakan 3-4 hari baru ganti menu??

Alhamdulillah, keluarga besar kami tidak punya sejarah alergi makanan. Jadi, saya tinggal mengamati reaksi pencernaan ade terhadap satu jenis makanan, bikin pup keras atau malah mencret, menu apa yang dia suka atau tidak suka, apa reaksinya kalo udah merasa kenyang, atau terlalu ngantuk, dll. Istilahnya, mengikuti cue bayi. Istilah saya, sak karepe opo lah...

Ade gampang nggak makannya? Yaa ampuunn.. minggu pertama itu menguras emosi pisan! Hampir semua buah yang paling awal dicoba, dari pisang dikerok, pure apel, pepaya, semua cuma masuk 1-2 sendok bayi (kalo nggak dikeluarin lagi), setelah itu protes dan ngamuk. Kesel, cemas, gemes, antara takut ade gizinya kurang sampe takut bikin ade trauma makan. Isshh capek dan pegel pokoknya.

Lalu, saya time-out diri sendiri. Take a deep breath, take a step back, lalu dengan tenang saya baca-baca lagi beberapa sumber. Dari dokumen di grup AIMI, saya baca tentang GTM. Ternyata memang saya yang drama queen yaa.. Jadi merasa jadi emak yang o'on banget, kayak ABG alay yang baru aja jadi ibu, padahal anak sulung saya udah 10th! *dasar emak nggak tahu diri* :P

Jadi wajar, kalau bayi baru mulai makan, cuma bisa masuk 1 sendok. Wajar, kalau dia protes dipaksa makan. Wajar, kalau makanannya keluar lagi keluar lagi. Wajar, kalau dia ngamuk ketika harus makan, padahal mata udah ngantuk. Wajar Ran.. wajaarr.. Pyuuhh..

Jadi saya reset lagi mindset saya. Makan nggak perlu dipaksa dengan sendok. MEncicip menu baru, disuapin pakai tangan juga nggak pa-pa. Mau masuk 1 sendok, atau 1 mangkok, jalani saja. Yang penting, respon ade positif. Ketika dia udah protes, stop.

Panduan mana yang saya pakai? WHO atau FC? Entah, panduan sendiri kayaknya hahaha...
Minggu pertama, saya masih bikin tabel jurnal MPASI, buat mencatat reaksi ade terhadap satu jenis makanan. Minggu kedua, jurnalnya bubaaarrr! Sejauh ini nggak ada yang bikin alergi, memang. Reaksi ade saya inget-inget aja, apa yang dia suka atau tidak suka, apa yang bikin dia sembelit, apa yang bikin dia mencret.
Minggu ketiga, saya udah mulai gabung-gabungin menu. Mulai bikin stok kaldu (yang ternyata ade suka banget, dan jadi andalan saya), mulai coba menu lengkap isi karbohidrat, kaldu protein, sayuran minimal 2 macam. Minggu keempat, mulai masukkin proteinnya langsung (daging, tahu, tempe). Saya bahkan mulai berani mencoba ikan laut (tenggiri, dori) yang memang sering terhidang sehari-harinya di rumah.

Berikut daftar buah yang sudah dicoba ade hadyan : Jeruk (favorit ade, suka buat andalan eyangti kalau harus saya tinggal sebentar ke luar rumah), Pisang (awal-awal nggak suka, belakangan sukaaaa banget, bisa habis hampir 1 buah sekali makan), pepaya (kayaknya nggak ada kenyangnya), apel kukus di puree (kalo sisa, dikasih kayu manis bubuk dan gula sedikit, trus disikat emaknya hehehe), semangka, melon (seger kayaknya, jadi pas banget kalo pas ade haus), dan pear (ade suka, tapi kadang suka bikin mencret, jadi dikasih kalau hari sebelumnya dia agak sembelit).
Pernah sekali nyicip alpukat, kayaknya ade suka, tapi sayangnya beberapa minggu ini, alpukat jarang banget di pasar atau supermarket, jadi belum dicoba lagi. Nanti ya de, kita makan alpukat bareng..

Untuk sayuran, ade nggak seantusias makan buah, tapi lumayan lah, bisa masuk beberapa sendok. Yang udah dicoba : wortel (wajib kayaknya kalo ini mah, tapi nggak saya kasih tiap hari biar nggak bosen, plus ada warning di berbagai sumber tentang konsumsi wortel berlebihan pada bayi), labu parang dan kabocha (favorit ade, dan andalan bunda), terong (ade nggak antusias, tapi kalau digabung sayuran/protein lain, lahap juga), zucchini (lumayaan, seger soalnya banyak airnya), tomat (kurang suka, mungkin karena agak asam), kentang (nggak terlalu suka kalo padat kayak mashed potato, jadi harus dicampur sayuran berair seperti zucchini), bayam (biasa aja reaksinya), brokoli (tunggal sukaa, dicampur apalagi..:)..).

Protein? Selain kaldu yang dikasih hampir setiap hari, minggu terakhir di usia 6 bulan kemarin, ade mulai dikenalkan dengan daging sapi cincang. Agak ribet emang ngolahnya. Dicincang dulu, diblansir, dicincang lagi kalau kurang halus, atau dicampur buburnya baru diblender. Tapi lumayan, ade mau makannya (entah sebenarnya suka atau nggak.. wkwkwkwkk). Daging ayam udah pernah dicampur ke buburnya sejak usia 6bulan 2minggu, it's okay lah. Tahu? Ade sukaaa... Tempe? Hmm, nggak kayaknya, tapi kalau dicampur sayuran, dia mau juga makannya. Ikan? Udah dicoba tenggiri dan dori, kayaknya dia juga suka. Saya sempat icip ikan yang udah dikukus pake bawang putih & daun bawang tanpa garam, ternyata enaaakk.. Gurih alami gitu deh..

Karbo? So far, ade oke-oke aja. Tapi catatan penting, sepertinya ia tidak terlalu suka bubur beras putih, jadi karbonya lebih sering dikasih tepung gasol, labu kabocha, havermut atau kentang. Ubi ungu juga suka, tapi nggak bisa banyak-banyak. Blenger kali yaa..

Satu trik yang saya coba sendiri, nggak didapet dari sumber manapun, saya menyajikan satu menu dalam beberapa mangkuk terpisah, berdasarkan jenis dan teksturnya. Biasanya paling nggak ada 3 mangkuk : satu untuk karbo (dan/atau protein), satu sayuran, dan satu untuk kaldu. Ketika akan disendokin, baru saya campur sesuai kebutuhan. Kenapa harus repot-repot begitu? Kenapa nggak campur aja semuanya, blender, saring, selesai?

Selama bikin MPASI sendiri ini, saya menemukan bahwa tiap bahan makanan teksturnya beda-beda ketika diblender/saring. Misalnya, bubur beras kalau diblender pakai handblender jadi terlalu halus dan lengket. Sementara kalau wortel diblender di food processor, nggak bisa rata halusnya, tapi cuma tercincang kasar. Atau tahu misalnya, nggak perlu diblender/saring sama sekali, ditekan sendok juga langsung hancur.
Selain itu, penyajian terpisah juga berguna buat mempelajari kesukaan makan ade. Karena baru dicampur ketika disendokin, saya bisa mengatur isi dalam sendok, banyakan mana, karbonya atau sayurannya, atau protein dan sayuran aja. Kaldu yang terpisah juga berguna untuk mengatur tekstur makanan. Mulai makan, biasanya ade mau makan yang agak padat. Tapi ketika ia mulai bosan, dia lebih suka yang agak cair dan berkuah, jadi saya tambahkan kaldunya. Bahkan kadang dia nyeruput kaldunya aja. Saya ikuti aja maunya dia gimana.

Kejadian beberapa hari lalu, saya membuatkan bubur nasi, kemudian pure wortel, bayam dan tahu di mangkuk terpisah. Ketika dia terus menolak bubur nasinya, saya coba pure sayur+tahu aja. Ternyata dia oke, sampai isi mangkuk hampir habis. So, nggak pa-pa kalau hari itu menu karbonya cuma masuk sedikit.

Dengan lebih santai, saya justru bisa lebih fokus masaknya, dan segala kerepotan-kerepotan itu jadi menyenangkan. Toh, saya diberi kelebihan waktu di rumah, jadi nggak terlalu dipusingkan dengan menyiapkan stok MPASI banyak-banyak. Easy going aja.. plegmatis banget yak..

Ohya, menu lunch ade siang tadi mantep : pure kentang+zucchini, tim dori+tahu sutera. Dan ade makannya banyaaak.. Sorenya cuma saya kasih pure apel+melon aja. Paginya juga udah pakai pure zucchini campur kabocha kukus (yang dikerok sendok).
Variasinya : bisa ditambah brokoli di pure kentangnya, seperti di resep berikut ini.

Stok kabocha habis. Harus pesan labu ke mamang sayur besok. Catet.

Tuesday, April 1, 2014

Jangan Katakan Sembilan Kalimat ini!

Tulisan ini adalah terjemahan bebas dari artikel di Huffingtonpost.com. Bebass banget nerjemahinnya, biar enak aja bacanya, tapi masih akurat kok insyaAllah. Tulisan yang dicetak miring adalah tambahan dari saya, bukan bagian dari artikel aslinya.

Penulis artikelnya, Beau Coffron, adalah seorang ayah, blogger, pemilik blog lunchboxdad.com, domisili di California, USA. Tulisan ini dibuat setelah kelahiran putra ketiganya. Jadi kalau isi tulisannya berkesan sinis, egois, lebay, mungkin karena demikianlah yang terjadi di sana, keluarga muda, tanpa ART, mengerjakan semua urusan rumahtangga dan anak-anak sendiri. Buat saya, ini jujur. Saya mengalami dan merasakan beberapa diantara yang disebutkan dalam tulisannya, walau tak bereaksi se'jutek' pak Beau ini. I dig you, mister..

(Silakan baca artikel aslinya di sini

9 Things Never to Say to the Parents of a Newborn

Jangan Katakan Sembilan Kalimat ini pada Orangtua yang baru punya bayi!

Setelah saya punya bayi (lagi) berusia sebulan, jelas banget sejelas-jelasnya kalau banyak orang tidak mengerti apa yang mereka katakan pada saya. Ini ketiga kalinya saya melalui tahap ini, dan komentarnya selalu sama. Kadang-kadang orang yang tidak begitu mengenalmu hanya sekedar mencari topic pembicaraan, dan kadang orang-orang yang tidak punya anak memang tidak tahu apa-apa. Ini bukan salah mereka, mereka cuma belum pernah mengalami hal yang sama.

Jadi anggaplah ini sebagai petunjuk untuk anda tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dikatakan kepada orang-orang yang sedang mengalami masa-masa kegalauan dengan bayi barunya. Beberapa poin adalah pertanyaan, ada pula yang berupa pernyataan, tapi seharusnya tak satupun dari kalimat-kalimat di bawah ini yang boleh anda ucapkan kepada orangtua baru.

1. Cukup tidur nggak?

Menurut loe sendiri gimana??

Orangtua dari bayi baru lahir umumnya berjalan mirip ekstra film The Walking Dead. Kalau anda melihat orangtua bayi baru yang tidak terlihat seperti itu, kemungkinan besar mereka kebas (ba’al, ceuk urang sunda mah) akibat dari begadang. Kemungkinan lainnya adalah para kakek-nenek yang hadir di rumah bagaikan malaikat penyelamat dan bertugas begadang semalaman untuk menjaga the little devil (nggak tega nerjemahinnya jadi si setan kecil), alias si bayi. Ini pertanyaan pertama yang biasa mereka tanyakan pada saya. Nggak usah tanya-tanya deh, jawabannya selalu sama, kok.


2. Kasih tahu kalau butuh bantuan saya, ya.

Saya punya bayi baru. Kayaknya saya tidak akan punya waktu atau energi lebih deh, buat mengingat-ingat siapa yang menawarkan bantuan kalau saya butuh apapun. Kapasitas mental saya nyaris kosong, kalau anda penasaran kenapa, lihat aja poin no. 1 di atas. Beberapa pertanyaan yang bagus tuh, misalnya, “Mau dibawain apa buat makan malam Kamis besok?”, atau lebih bagus lagi, “Mau aku jemputin anak-anak dari sekolah, dan mengajak mereka main di taman?”. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini bagaikan keajaiban jatuh dari langit. Jangan meminta saya untuk menelpon dan meminta bantuan – cukup bilang saja apa yang bisa kau lakukan dan kapan. Dan bawain hidangan penutup juga. Hidangan penutup apapun (cake coklat, blackforest, tiramisu, brownies, pudding, es krim, dadar gulung, getuk, pancake duren, atau ongol-ongol sekalipun..  *ini mah emang maunya gw*), nggak akan pernah salah, deh.


3. Gimana kabar istrimu (habis melahirkan)?

Dia hebat sekali. Dia baru saja mendorong keluar sebuah semangka melalui lubang seukuran jeruk. Dia tidak pernah merasa sebaik ini. Bahkan, minggu depan malah mau ikut lari marathon, tuh. (satiiirrrr… hihihihi)

Daripada nanya begitu, lebih baik bilang begini aja, “Saya harap dia cepat pulih kembali, apa yang bisa saya lakukan untukmu supaya kamu punya waktu lebih untuk merawatnya?”


4. Adik bayinya kalo malam tidur terus nggak?

Pastinya dong. Di usia 2 minggu, dia sudah menjadi keajaiban dunia medis dan mau tidur sepanjang malam. Dengan begitu banyak kelebihan waktu karena dia banyak tidur, saya bahkan bisa riset tentang tren fashion terbaru. Sekarang lagi mencoba gaya baru nih, “Death Warmed Over” (kalau ditranslate nggak keren ah, masa Kematian yang Dihangatkan Kembali?’). Suka nggak? Ini mode terbaru lho, terutama di kalangan orangtua yang baru punya bayi.


(satirrr lagii… hihihi)

5. Saya baru punya anak anjing (atau anak kucing lah, pokoknya piaraan baru), jadi saya tahu rasanya punya bayi.

Ciyus? Enelan? Maca Cih? (penerjemah mulai alay) Terakhir saya ngecek, kayaknya masih illegal deh, mengunci bayi di kandang anjing kalau mau buang hajat atau kau nggak sanggup lagi mengurusi semua yang berantakan. Apakah kau harus bangun untuk menyusui piaraanmu setiap jam 2, jam 4, dan jam 6 pagi? Saya juga tidak yakin kamu bangun pagi ini karena jeritan si kecil yang diselimuti kotoran sampai ke ketiaknya. Saya bersumpah diaper yang dipakai tidak dirancang untuk kondisi ini, karena kotorannya tahu-tahu bocor aja lewat punggung si bayi. Saya sih bisa terus menerus dengan kondisi ini, tapi kau pasti mengerti dong yaa.

(Sampai sini, saya nggak bisa nahan pengen ngakak.. loe kira bayi bisa disamain sama kucing?? )


6. Biasanya dikatakan oleh orang asing yang bertemu di took, tepat ketika bayi sedang menjerit-jerit dan kau sedang berusaha mengatasinya sambil mengurusi belanjaan sekaligus menjaga otakmu tetap waras : “Itu bayinya mungkin lagi kecapean/lapar/popoknya kotor/dll.”

Eh, dengerin, Saya nggak minta nasihat anda, dan saya mungkin tahu apa yang benar-benar dibutuhkan bayi saya. Sayangnya, saya sedang kesulitan mengurusin semuanya, saya belum mandi dalam 4 hari, dan jujur aja, saya nggak terlalu peduli pendapatmu tentang situasi ini. Kalau kau benar-benar ingin membantu, biarkan saya antri duluan supaya bisa keluar dari toko ini lebih cepat.

(nah, bener banget nih..)


7. Kapan dong bayinya diajak main kesini?

Anda harus mengerti bahwa punya bayi baru lahir di rumah kadang bisa terasa menakutkan seperti sedang menjinakkan bom dalam waktu kurang dari 30 detik. Selain itu, orang-orang bodoh itu selalu saja ingin menyentuh tangan bayi baru lahir, sehingga menyebarkan kuman dan penyakit di mana-mana. Dan bayi yang sedang sakit itu tidak pernah tidur… sama sekali. Jadi, terimakasih tawarannya, tapi bayi kami akan keluar dan main ketika waktunya tepat dan kami siap.

8. Kapan nih mau ditambah lagi?

Karena menambah satu mesin pup lagi adalah godaan yang mengerikan, keputusan untuk itu mendingan kita tunda dulu, deh. Orang seharusnya tidak mengambil keputusan-keputusan penting disaat mereka sedang kelelahan, tertekan, atau saat di tengah perubahan besar dalam hidup. Nah, tebak coba? Punya bayi baru lahir itu melibatkan ketiga hal tersebut. Lagipula, kalau setiap orangtua dari bayi baru lahir membuat keputusan saat itu juga, anak-anak tidak akan pernah punya saudara lagi.

9. Apakah punya bayi itu sebanding dengan semua hal yang kau korbankan?

Bayi ini adalah sebuah keajaiban, dan memilikinya adalah satu dari saat-saat terhebat dalam hidup saya. Ini sudah sebulan dan saya akan melakukan segalanya untuknya. Setiap popok kotor, malam-malam tanpa tidur, dan lagu anak-anak yang bikin kebas otak (saking hapalnya), tidak seberapa dibandingkan kebahagiaan menjadi orangtua. Saya tidak akan pernah menyesali mengorbankan sebagian kebebasan (dan waktu tidur) saya untuk membesarkan anak saya. Saya hanya berdoa agar bisa menjadi orangtua yang pantas untuk semua anak-anak saya sekaligus bersenang-senang di saat yang sama!

(This post originally appeared on LunchboxDad.com.)


Bagaimana? Anda merasakan hal yang sama dengan pak Beau?