Wednesday, June 19, 2013

Second Child : rebellion or lack of character?

Menjelang kelahiran anak yang kedua ini dalam beberapa bulan ke depan, membuat saya mulai berpikir, akan seperti apa anak yang satu ini? Sama aktifnya dengan sang kakak, atau malah lebih pecicilan (waduhh!). Atau malah lebih kalem?

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, ada hal yang unik yang hampir selalu terjadi pada anak kedua dalam keluarga (terutama jika ia juga adalah anak tengah).
Seorang teman yang memiliki 3 anak, anak keduanya yang bermasalah. Selain akademiknya yang tertinggal, karakternya juga sulit diatur dan cenderung hiperaktif. Seorang teman lainnya mengeluhkan anak keduanya yang sulit mandiri, selalu tergantung temannya, dan lebih manja.

Saya juga anak kedua, dari 4 bersaudara. Yang terjadi adalah, saya menjadi pribadi yang suka tampil beda, cenderung membangkang, pemberontak dan suka melawan tradisi. Ibu saya tipe orangtua yang tegas namun tidak pernah membatasi keinginan dan ide-ide anak-anaknya. Jadi, makin berkembanglah ide-ide 'rebellion' saya.
Dimulai dari TK yang terpaksa dipercepat, dari TK A saya langsung masuk SD, karena guru TK saya sudah 'nggak sanggup' menangani saya yang selalu mendahului mengerjakan tugas, suka iseng baca majalah yang sedang dibaca guru. Karena umur yang kurang, masuklah saya ke SD yang 'ecek-ecek'. Di sini lagi-lagi saya dominan. Dibawah bayang-bayang kakak laki-laki saya (di SD lain yang lebih populer) yang sangat aktif olahraga dan ekskul serta memiliki banyak teman, di pergaulan saya cenderung menjadi penengah. Soal olahraga? Saya nol besar!

Kompensasi saya akhirnya di akademis. Saya pacu prestasi saya setinggi mungkin. Selepas SD, saya masih mengikuti tren keluarga masuk ke SMP terbaik di Depok saat itu. Tapi ketika SMP selesai, saya menolak keras masuk SMA terbaik di Depok. Saya ingin ikut sahabat-sahabat saya yang melanjutkan ke Bogor.

Dikasih? Ya nggak lah! Selain harus naik kereta sendirian, tak familiar pula kami dengan Bogor. Akhirnya saya dan ibu tawar menawar, boleh yang jauh, asal mudah diawasi. Akhirnya, karena ibu masih dinas mengajar di daerah kalibata, pilihan kami jatuh pada SMAN 28 di Ragunan.

Saat masuk siang, saya berangkat bersama ibu ke Pasar Minggu. Ke sekolah, saya bisa naik 2-3 kali angkot/bis. Kalau masuk pagi, saya bahkan berangkat jam 5.30 untuk menghindari macet.
Saya tidak pernah mengeluh. SMA saya adalah salah satu sekolah negeri terbaik di Jakarta. Saya bertemu teman-teman yang baik dan seru. Saya bisa main ke Blok M. Saya bisa pulang malam jika ada bimbel siang hingga sore harinya. Kelas 3 SMA, saya berangkat setelah subuh dan pulang jam 9 malam.

Belakangan, saya berpikir, pasti ibu saya dulu cemas sekali ya memikirkan ulah saya, si Tukang Ngeyel ini.. :)

Sampai di situ saja? Tidak. Lulus SMA, saya menolak mendaftar ke UI, dengan alasan terlalu dekat dari rumah. Saya menolak mendaftar ke STAN, dengan alasan andai diterima pun, saya tidak akan menyukai pelajarannya (I hate Economics!). Saya ngotot mendaftar ke ITB untuk UMPTN, Teknik Kimia pula, yang ratingnya sangat tinggi saat itu.
Ibu sangat khawatir saat itu, menganggap pilihan saya terlalu berat. Untuk menyenangkan beliau, kami mencari pilihan program studi yang saya suka jika saya tidak lulus UMPTN. Ke D2 Kimia Terapan UI, ke Poltek ITB, bahkan akhirnya saya mendaftar ke AKA Bogor. Pilihan kedua UMPTN pun saya pilih UNDIP (yang ratingnya jauh dibawah, kalau UGM masih terlalu tinggi).

Ndilalah, saya diterima di AKA Bogor tanpa tes, tapi harus setor uang daftar ulang, deadlinenya sebelum pengumunan UMPTN. Ibu sudah meminta saya memutuskan, sudah menyiapkan uangnya, karena benar-benar khawatir saya tidak lolos UMPTN.

Saya melakukan aksi bisu. Saya tidak bersiap-siap ke AKA, karena memang hati saya ada di UMPTN. Tapi saya juga tidak ingin mengecewakan ibu.
Hari terakhir daftar ulang AKA, ibu lupa. Saya ingat, tapi saya diam saja. Malam harinya, ibu tiba-tiba teringat, "Mbak, bukannya hari ini harusnya daftar ulang?"
Sambil nyengir saya bilang, "Iyaahh.. Udah deh, ibu do'ain aja Rani lolos UMPTN yaa.."
Ibu menyerah.

Ada yang masih ingat hari pengumuman UMPTN?
Setelah subuh, kami deg-degan menanti tukang koran lewat. Saya tidak bisa tidur semalaman, mungkin orangtua saya juga. Ketika tukang koran datang dan menyerahkan koran berisi pengumunan UMPTN, tanpa menunggu lebih lama, digelarlah lembaran-lembaran besar itu di ruang tengah.
Mencari nama dan nomor saya.

Ketika akhirnya ketemu, akhirnya saya bisa bernafas lega. Ibu saya langsung keluar rumah membawa koran berisi nama saya yang sudah digarisbawah dan dibulatkan, karena para tetangga juga menanti kabar saya. Ibaratnya, 'bisul' kami berminggu-minggu sudah pecah... hehehe..

Apakah kemudian saya berhenti membuat ibu saya cemas? Sepertinya tidak, karena petualangan hidup saya di Bandung, jauh dari orangtua, mungkin membuat ibu saya cemas setiap harinya. Saya berterimakasih sangaaaattt pada beliau karena membiarkan saya mengambil jalan yang saya pilih, mempertanggungjawabkannya sendiri, tanpa menuntut banyak.

Sekarang, ketika saya telah menjadi ibu, mungkin ini sudah garis hidup, saya dikaruniai anak dan suami yang juga berkarakter 'keras', pemberontak, pelawan arus. Jika dulu saya dimanjakan, serba dilayani, serba diatur, serba dibantu, mungkin saya tidak akan sanggup menjalani peran saya yang sekarang.

Sekarang  saya malah gemes melihat anak yang semua tergantung pada orangtuanya, atau temannya, dan tak mampu mengambil keputusan sendiri. Dan saya harus bisa kuat membiarkan anak saya mengambil pilihannya sendiri, seabsurd apapun itu, selama jalan itu halal, tak peduli anak saya yang pertama, atau calon anak kedua di dalam rahim ini.

Jadi ingat dialog dengan Hani hampir setiap hari :
"Bun, baju yang ini dengan celana yang ini, matching nggak?"
"Ya nggak laahh.. warnanya nggak nyambung tuh.."
"Baguslah.. Hani mau pake yang ini aja.. Hani suka yang nggak matching!"

*bunda cuma bisa tepok jidat*

:)))

Cibinong, 19 Juni 2013

7 comments:

  1. tapi biasanya mbak, kalau anaknya 3 yang tengah KATANYA suka cari perhatian, tapi rasanya kalau anaknya 4 sih adil ya? hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. katanya begitu ya? kalo gitu, punya anak dua aja, atau empat sekaliaann.. hehehe

      Delete
  2. Wah, kampus saya ada di dalam posting ini... :O

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kampus yang mana yang saya sebut mbak? :))

      Delete
  3. nanti kalau mau bikin anak yg ke-3 tanya gw aja yak

    ReplyDelete
  4. Wuuiihhh... Tyt kita sma2 anak tengah dgn karakter yg hnpir sma pula. Sya jg tipe pemberontak. Mkin dilarang mkin penasaran hehehe... Moga2 nanti anak kedua ku g spt aky dyehhh.... Hehehe... Tp smua karakter pny keistimewaan sdr2 tgl Gmn mengembangkan nya aja.. Setuju g?? , :)

    ReplyDelete
  5. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    ReplyDelete